Jumat, 29 April 2011

Kata Guru Saya

Kompasiana Sabtu, 30 April 2011
an | Kirim Pesan

Vampire1721

I'm not smart I'm not famous I'm not rich I'm just a lucky boy

Kata Guru Saya “Agama dan Kepercayaan Memang Tidak Perlu Diperdebatkan”

OPINI | 11 February 2011 | 12:31 65 4

Agama dan Kepercayaan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Itu adalah hal mutlak. Tak seorangpun berhak ikut campur. Mau dibilang benar/suci atau bahkan sesat tidak masalah karena inilah hak manusia untuk berhubungan dengan Tuhan.

“Agamaku adalah tetap agamaku, agamamu adalah tetap agamamu”

Sampai saat ini dengan ditutupnya kolom agama di kompasiana (kompasiana.com) maka saya simpulkan bahwa kebanyakan akarnya adalah dari tulisan-tulisan mas EA. Kalo anda masih ingat dengan artikel mas EA yang berjudul “X versi Ngamuk”, kalo menurut saya pribadi itu bukan menghina/ngompori tapi itu adalah salah satu sindiran khas mas EA, mas EA ingin mengatakan itulah kenyataannya di dunia nyata. Bukti nyata sudah beredar di dunia nyata bahwa X versi ngamuk semakin mudah ditemui di Indonesia. Agama yang seharusnya jadi perdamaian kok malah perang. Hampir semua tulisan mas EA sebenarnya wujud dari ketidakpuasan mas EA pada umat X yang berada di dunia nyata. Kok mereka begini sih,,, kok mereka begitu sih,,,. Akhirnya ia tuangkan ketidakpuasan itu di artikel dunia maya walau memang terkadang judul-judul yang ia pakai berbau kontroversial. Lha emang itu ciri khasnya. wakakak. Mas EA ingin mengajak orang untuk ikut berpikir ketidakberesan agama yang ada di dunia nyata. Apakah hasil renungannya salah atau tidak.

Tetapi karena tipe orang berbeda-beda akhirnya ada yang bisa menerima sindiran mas EA, tetapi banyak juga yang tidak terima dan ngamuk dengan sindiran mas EA. Mereka tidak mau mengakui bahwa sindiran itu nyata. Sindiran nyata yang memang terjadi di dunia nyata. Mereka menolak kenyataan.

Menurut saya, admin kompasiana (kompasiana.com) sudah benar jika mereka menutup kolom agama, karena tipe penulis di kompasianer memang berbeda-beda. Dan akhirnya komen-komennya tidak kondusif dan bahkan banyak hujatan untuk membela agama/keyakinan masing-masing. Jadi mari kita ambil kesimpulan bersama bahwa agama/keyakinan memang tak perlu diperdebatkan.

Tetapi apakah anda tahu siapa sebenarnya yang memulai perdebatan antara agama/keyakinan itu.

Siapakah orang yang menjadi titik api perdebatan ?

saya dengan tegas mengatakan >>>
orang-orang yang mengatakan dan menyatakan orang lain salah/kafir/sesat. Orang-orang tipe inilah si pemicu itu. Jika hanya sebatas merasa benar sendiri itu masih bisa kita “terima” (saya lebih suka mengatakan sebagai fanatik ke dalam). Fanatik ke dalam = berkeyakinan/beribadah sesuai ajaran masing-masing bebas tanpa gangguan. Tetapi kalo orang sudah berani mengatakan/menyatakan orang lain salah, sesat ato kafir maka pantas jika disebut bahwa merekalah yang sebenarnya memicu perdebatan itu (saya lebih suka mengatakan sebagai fanatik ke luar). Fanatik keluar = mengganggu orang lain dalam berkeyakinan/beribadah sesuai ajaran masing-masing.

Supaya lebih mudah saya berikan contoh >>>

Keseharian fanatik ke dalam selalu bertanya =
- Apakah saya sudah ibadah wajib hari ini ?
- Apakah saya sudah ibadah sunah hari ini (sholat malam, sholat dhuha) ?
- Apakah saya sudah tilawah hari ini ?
- Apakah saya sudah memberi nafkah anak yatim dan anak terlantar ?
- Apakah saya sudah bersedekah bagi fakir miskin hari ini ?
- dll

Keseharian fanatic ke luar selalu bertanya =
- Mana agama/keyakinan yang belum saya katakan/nyatakan sesat?
- Mana golongan sesat/kafir yang belum saya aniaya/ bantai ?
- Tempat ibadah mana yang belum saya hancurkan ?
- dll

Kalo yang keterlaluan mereka lupa akan ibadahnya sendiri (WOW)
Mereka terkadang lupa bahwa mereka marah-marah sambil menghujat (WOW)
Mereka terkadang juga lupa bahwa mereka ternyata mudah diprovokasi (WOW)

Ya, tepat sekali sebenarnya titik api itu berasal dari orang-orang yang hobi menjalankan fanatik ke luar. Merekalah yang menyulut adanya perdebatan. Jika ditimpa bensin baik bensin itu dari yang pro maupun yang kontra maka perdebatan itu tak jarang akan sampai pada pertentangan kemudian akan berlanjut ke anarkisme dan perkelahian hingga ke puncaknya ke PEMBANTAIAN.

About Kompasiana | Terms & Conditions | Help | Kompasiana Toolbar RSS
KOMPAS.com © 2008 – 2011

Diambil dari KOMPASIANA DOT COM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar