Selasa, 16 April 2013

Gara-gara HP, pesawat jatuh !

Beberapa bulan yang lalu saya terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman.

Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat.

Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya. Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin.

Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin.

Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi, maka ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.

Rakyat kita ini memang High class... Handphone nya Mahal, Transportasi pake pesawat.

Tapi bodohnya gak ketulungan.

Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama?

 Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel. Semua orang tahu kita sedang bergegas. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang.

 Semoga suatu hari rakyat kita bisa sedikit lebih pintar.

 Bantu share yaa biar kita lebih waspada !

 Support by http://bit.ly/SunglassCrosshair diambil dari posting di FACEBOOK oleh Oke2 dot com.

(jadi ingat film DONO KASINO --> PINTAR PINTAR BODOH".. 

Kamis, 28 Maret 2013

MENYELAMLAH sendiri Dan Jangan hanya karena KATANYA

Sore itu ketika matahari mulai terbenam, aku bersama sahabatku Prasetyo asyik ngobrol di teras gardu RT. Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai seorang Lelaki/Suami dan Ayah yg nampak selalu tegar dan murah senyum dalam lingkungan keluarga kecilnya. Dalam obrolan kami ini ada hal yang membuatku tergelitik untuk mengetahui lebih dalam ttg prinsip hidup sahabatku ini. Ketika aku melontarkan pertanyaan apa yg bisa membuat Dia ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yg menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dlm hidupnya.

Mas Prasetyo, apa sebenarnya yang membuat mas bgt semangat dan terkesan santai ( tdk ngoyo ) menjalani hidup ini, "aku berseloroh". Met, Urip kuwi nggur "sawang sinawang" sergahnya. Donyo brono dudu ukuran seng biso ndadekno menungso urip bungah utowo seneng, bgt mas Prasetyo menambahkan. Urip kuwi biso digawe gampang ugo biso digawe susah. Intine "Gampange wong Urip kuwi, Uripe wong Gampang. Angele wong Urip kuwi Uripe wong Angel". Intine Susah lan seneng kuwi ono njerone awake dhewe, dudu onok njabane awak. Dadine nek jarene piwulang Agomo, Surgo lan Neroko iku yo neng njerone awake dhewe seng wes diraksakno saiki dudu mengko lek wes tumekaning pati.

Sebelum mas Prasetyo melanjutkan pembicaraannya, aku menyela…"Lho, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti Mas ???" Mas pras menimpali, Lo iku lak jarene Tulisan nok Kitab Suci, opo sampeyan percoyo karo tulisan ???. Perkataan Mas Pras ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil cangkruk di bale panjang sambil ditemani suguhan wedang Kopi Toraja oleh2 soko adikku teko sebrang. Dengan semangat akupun melanjutkan pertanyaan seperti di bawah ini :

Memet : Mengapa orang mesti beragama ?

Prasetyo : Siapa yang mengatakan mesti ?

Memet : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Lebih khusus, lagi, aku juga diajari bahwa hanya yang memeluk Agama yang bener, yang bakal masuk surga.

Prasetyo : He, he…dan engkaupun percaya ?

Memet : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga. Siapa yang tak ingin masuk surga ?

prasetyo : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga ?

Memet : Menurut berita yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan yang paling menarik... ada bidadari-bidadari yang teramat cantik…

Prasetyo : Ooooo…. jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu ?

Memet : Ya, kurang lebih begitulah….

Prasetyo : Bagaimana jika semua itu tak ada ? Apakah engkau masih akan taat beragama ?

Memet : aku belum memikirkannya….

Prasetyo : Ternyata… engkau itu pribadi yang tak ikhlash... kau berbuat sesuatu karena ada maunya… ada pamrihnya......

Memet : Bukan begitu… aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku….

Prasetyo : He, he… kini engkau berkilah…… Tapi baiklah… apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga ? Apakah mereka tahu pasti bahwa surga itu ada ?

Memet : aku tak yakin... yang kutahu... mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci…

Prasetyo : Oh... jadi, diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri…..

Memet : Lalu apa salahnya... bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar ?

Prasetyo : Yang bilang salah siapa ? aku hanya ingin tanya, apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu pasti benar ?

Memet : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah…

Prasetyo : Lalu, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah…

memet : Bukankah... pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku ? Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang beragama ?

Prasetyo : Itulah masalahnya…. kamu menganggap sesuatu yang cuma merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran, sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku…

Memet : Lalu… bagaimana semestinya… ?

Prasetyo : Mari kita bicara tentang sebuah samudera. Menurutmu, bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu ? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya ?

memet : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru… kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu…

Prasetyo : Baik… lalu apa yang ada di balik permukaan samudera itu ? Ada apa di kedalamannya ?

Memet : aku bisa menduga-duga dengan pikiranku... mungkin di dalamnya banyak ikan… mungkin juga ada terumbu karang... atau barangkali ada kapal selam….

Prasetyo : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera ?

Memet : Ya belum tentu…..

Prasetyo : Satu2nya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam... kamu harus masuk ke kedalaman….

Memet : Tentu saja…

prasetyo : Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga ?

Memet : Pertama, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar… Kedua, aku gunakan akalku untuk menduga-duga seperti apa surga itu… Tapi, jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga jika begitu… Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga... ya aku harus masuk dulu ke situ... aku harus menyaksikannya langsung….

Prasetyo : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya ?

memet : Bukankah itu tak perlu ? Bukankah sudah ada kitab suci ? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita ?

Prasetyo : Kalau kau tak lakukan, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya…kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka…. bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah….

Memet : Kamu benar….. tapi mungkinkah ?

Prasetyo : Di dalam dirimu… sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi ?

Memet : aku tak pernah mendengar hal itu…

Prasetyo : Ha..ha…ha….

Memet : Mengapa tertawa...

Prasetyo : Kau naif sekali… Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu…

Memet : Ajari aku…. aku sadar bahwa aku memang naif...

Prasetyo : Untuk bisa menemukan gerbang itu... kau harus melakukan banyak hal : kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu…

Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan... buat pikiranmu diam sejenak... biarkan dirimu berhubungan dengan suara di dalam hatimu… Berikutnya…kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu… termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semuanya…

Memet : Berat sekali….

Prasetyo : Ha, ha... begitu saja sudah berat kok yakin jadi pemilik surga….

Memet : Dalam hati aku misuh misuh pada diriku sendiri… Diampuuuuuuttt… aku memang GEMBLUNG...!!

Prasetyo : Ya sudah, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam ??? nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita2 yg dutuliskan orang lain dlm buku.

Memetl : Ok, terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi.
 

Dari posting teman FB saya... 

Minggu, 03 Maret 2013

Tuhan Feminim & Maskulin


Tuhan Feminim & Maskulin

Secara garis besar Tuhan bisa dikenal melalui sifat feminim dan maskulin. Pada pergantian siang dan malam terdapat tanda2 kekuasaan Tuhan bagi mereka yang berpikir. Yaitu mereka yang mengingat Tuhan dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring. Siang mewakili sifat maskulin, dan malam mewakili sifat feminim.

Kebanyakan spiritualis mengenal Tuhan melalui pengalaman empiris hasil olah rasa saat melakukan ritual yang fokus, doa yang sungguh2, atau pengalaman yang berkesan. Cara mengenal Tuhan melalui pengalaman yang dirasakan merupakan cara mengenal sifat feminim Tuhan. Cara ini sangat personal karena membutuhkan kemampuan pemaknaan simbol2 yang dialami. Ini sesuai dengan era pisces yang membuat aura perasaan / emosional di bumi mencapai puncak kepekaannya.

Tulisan saya kali ini lebih menitik beratkan pada cara mengenal Tuhan di era aquarius yang merupakan puncak kecemerlangan aura logika / science. Ini berarti mengenal Tuhan melalui sifat maskulin Nya. Pertama-tama kita harus meng-upgrade logika standar kita ke advanced logic. Caranya adalah dengan membersihkan pengaruh ego pada logika.

Untuk membersihkan logika dari ego, kita tidak perlu menghapus ego kita. Kalo ego dihapus, maka manusia tidak punya keinginan untuk berkembang. Yang benar adalah dengan mengembangkan ke-4 unsur ego hingga tercapai kondisi seimbang. Dalam Rukun Islam, syahadat mengembangkan thingking intuiting, sholat mengembangkan thingking logical, puasa mengembangkan thingking emotional, dan zakat mengembangkan thingking sensing. Setelah itu ke-4 unsur ini dirangkai untuk memaknai ibadah haji yang diakhiri dengan Makrifatullah (Arofah) saat ego kita wukuf / diam. Ya benar, ke-4 unsur ego yang berkembang sempurna akan membuat ego (nafsu) terdiam dalam keadaan seimbang.

Setelah selesai meng-upgrade logika ke bentuk advanced logic, maka kita akan mampu memahami mekanisme cara kerja Tuhan yang berada di area Fuzzy Logic yang menganut Uncertain Principle. Advanced logic mampu memahami formula mekanisme cara kerja Tuhan dalam ketak-berhinggaan Nya. Jadi Infinity itu mempunyai formula juga. Dalam rumus matematis Infinity dikenal saat Yang Maha Esa dipahami oleh ketidak-berdayaan hamba (~ = 1/0).

Manfaat memahami sifat maskulin Tuhan melalui advanced logic adalah untuk meningkatkan keimanan dengan memahami mekanisme cara kerja: penciptaan dunia, penghancuran dunia, penciptaan kembali dunia, alam kubur, hari pembalasan, cara kerja pahala dan dosa, cara kerja syurga dan neraka, cara kerja mukjizat, cara kerja doa, cara kerja pembuatan kitab suci, cara kerja penulisan takdir, dan cara kerja yang lainnya. Sehingga mengenal sifat maskulin Tuhan akan membuat kita bisa memanipulasi cara kerja tersebut untuk mewujudkan keinginan yang lebih besar dari ego. Jadi pemahaman ini adalah sebagai modal kita untuk mewujudkan keinginan Tuhan di muka bumi. Tanpa pemahaman ini kita akan menjadi hamba yang lemah yang kesulitan untuk harmonis dengan mekanisme cara kerja alam semesta.

Kesimpulan:
Tuhan dapat dikenal lewat sifat feminim Nya, dan dapat dipahami lewat sifat maskulin Nya. Mengenal dan memahami Tuhan akan menyempurnakan keimanan kita. Sesungguhnya orang beriman itu tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak takut pula akan penambahan dosa serta kesalahan. Sesungguhnya orang beriman itu tidak khawatir (terhadap masa depan) dan tidak pula mereka bersedih hati (terhadap masa lalu).

Sabtu, 05 Januari 2013

Agama apa yg paling baik?

Agama apa yg paling baik?

Seorang ahli dari kelompok "The Theology Of Freedom" dari Brazil bernama Leonardo Boff bertanya pd Dalai Lama pemimpin umat Buddha dari Tibet, "Yang Mulia, apakah agama terbaik?"
Leonardo Boff menduga bahwa Dalai Lama akan menjawab,
"Agama Buddha dari Tibet ato agama Oriental yg lebih tua dari agama Kristen." 
Ternyata sambil tersenyum, Dalai Lama menjawab,
"Agama terbaik adalah agama yg lebih mendekatkan anda pada TUHAN, yaitu agama yg membuat anda mjd org yg lebih baik."
Sambil menutupi rasa malu karna punya dugaan kurang baik tentang Dalai Lama,
Leonardo Boff bertanya lagi,
"Apakah tanda agama yg membuat kita mjd lbh baik?"
Jawaban Dalai Lama,
"Agama apapun yg bisa membuat anda
Lebih welas asih,
Lebih berpikiran sehat,
Lebih objektif & adil,
Lebih menyayangi,
Lebih manusiawi,
Lebih punya rasa tanggung jawab,
Lebih ber-etika.
Agama yg punya kualitas seperti di atas adalah agama terbaik."
Leonardo Boff terdiam sejenak & ter-kagum² atas jawaban Dalai Lama yg bijaksana & tdk dpt di bantah.
Selanjutnya, Dalai Lama berkata,
"Tidak penting bagiku kawan, Apa agamamu, Tidak peduli anda beragama ato tidak. 
Yg betul² penting bagi saya adalah perilaku anda di depan kawan² anda, di depan keluarga, lingkungan kerja & dunia."
Akhirnya, Dalai Lama berkata,
"Jagalah pikiranmu, Karena akan menjadi perkataanmu.
Jagalah perkataanmu, Karena akan menjadi perbuatanmu.
Jagalah perbuatanmu, Karena akan menjadi kebiasaanmu.
Jagalah kebiasaanmu, Karena akan membentuk karaktermu.
Jagalah karaktermu, Karna akan membentuk nasibmu,
Dan nasibmu.... Jadi nasib mu berawal dari pikiran mu... :)


(diambil dari posting teman di FACEBOOK - 6 Januari 2013) 

Selasa, 01 Januari 2013

."KORBAN AGAMA"...(???).

-(share)- .Dirumah seorang spritualis malam itu, kedatangan sekelompok orang dari etnis diluar nusantara. Mereka berlima, dan ketika di Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, masuk ke berbagai agama yang dianggap resmi di Indonesia.

Kelima orang ini, curhat kehadapan sang guru, bahwa mereka kecewa dengan agama yang mereka masuki. Setelah masuk agama yang terjadi mereka malah diperas atas nama agama, ada saja sumbangan yang harus dibayar, bahkan rumah Tuhan pun harus dibuatkan oleh manusia.. ( ini aneh-aneh saja, Rumah Tuhan dibangunkan manusia. Apa Tuhan memang tidak bisa membangun rumahnya sendiri?). Rumah-rumah ibadah dibuat mewah, diantara rakyat yang lapar, miskin dan papa.

Mereka yang dahulu kompak dan sering berbagi, sekarang seolah ada dinding tebal yang membatasi. Para pemimpin agama-agama itu mengajarkan permusuhan, siasat busuk dan egoisme tanpa dasar. Masing-masing agama merasa telah mengklaim surga atau nirwana-nya masing-masing.

Para ummat disuruh berperang bermandi darah, berkorban dengan harta dan jiwanya, sementara Para Pemimpin Agama berdiri mengangkang. Tersenyum dengan jubahnya, seolah tanpa salah dan khilaf. Suci dan Wibawa!. Sandiwara apa ini?

Perilaku institusi dan pemimpin agama masing-masing sungguh sangat menjijik-kan, mengajarkan sesuatu yang berbeda dari perilaku masing-masing. Lihatlah pemimpin agama itu ramai-ramai ketangkap polisi karena kasus korupsi, kenakalan kelamin, dan tindakan pidana lainnya. Mereka bicara tentang akhlak, susila, sopan santun, paramitha, dlsb.

Tapi nyatanya, pertumpahan darah oleh alasan agama kian marak. Satu agama adalah kekejaman bagi agama lainnya. Dan lebih nista lagi, para agamawan lainnya, akan mengais-ngais proyek rekonsiliasi, toleransi dan berpura-pura menjadi pahlawan perdamaian! Mereka disatu panggung besar, mementaskan komedi kemanusiaan.

Para pemimpin agama sibuk menumpuk kekayaan, hidup mewah, keliling dunia, atas nama agama dengan fasilitas dana ummat yang diperasnya itu. Para pemimpin agama itu rata-rata adalah pengangguran, mencari makan dengan mengindoktrinasi kebenaran agama yang dibawahnya, dan hidup penuh kemewahan dari mengatasnamakan Tuhan masing-masing!.

Para pemimpin agama di indonesia bahagia nian, mengajarkan mimpi-mimpi kosong, yang rumit dan berliku-liku. Aturan agama dibuatkan seolah bertingkat-tingkat dan penuh mistis. Bahkan sebagian daripadanya dibumbui kedustaaan, khayalan dan ambiguitas. Waktu-waktu produktif sering digunakan untuk mendengarkan omongkosong, penuh ambisi dan logika yang jomplang.

Ada juga keinginan sebenarnya, untuk masuk saja aliran kepercayaan, tapi lagi-lagi terkendala, bahwa hampir kebanyakan aliran kepercayaan di Indonesia dibesut oleh aroma kesukuan, egoisme kemuasalan, dan kelompok iklan dan kesilsilahan tertentu pula. Cerita-ceritanya kian hari kian klenik, ngelantur dan sulit diterima akal sehat!

Terkadang, terbersit keinginan untuk jadi Atheis saja! Tapi celakanya, untuk jadi atheis mereka harus mengunyah pelajaran teori – teori filsafat, teologi, sejarah peradaban dan sosiologi yang membutuhkan energy, waktu dan pemikiran yang tidak sedikit. Dan itu artinya, buang waktu percuma juga..

Terhenyaklah, dipojok ruang tamu itu. Mau ber-agama merasa tertekan, ikut aliran kepercayaan tidak tahan dupa-dupa, dan mau atheis, harus berlelah lagi untuk berfikir. Waduuh.. di Indonesia, memang hidup serba sulit… (hanya berbagi) .-salam-.


(sebuah posting di FACEBOOK hari ini) 1 Januari 2013