-(share)- .Dirumah seorang spritualis
malam itu, kedatangan sekelompok orang dari etnis diluar nusantara.
Mereka berlima, dan ketika di Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, masuk ke berbagai agama yang dianggap resmi di Indonesia.
Kelima orang ini, curhat kehadapan sang guru, bahwa mereka kecewa
dengan agama yang mereka masuki. Setelah masuk agama yang terjadi mereka
malah diperas atas nama agama, ada saja sumbangan yang harus dibayar,
bahkan rumah Tuhan pun harus dibuatkan oleh manusia.. ( ini aneh-aneh
saja, Rumah Tuhan dibangunkan manusia. Apa Tuhan memang tidak bisa
membangun rumahnya sendiri?). Rumah-rumah ibadah dibuat mewah, diantara
rakyat yang lapar, miskin dan papa.
Mereka yang dahulu kompak
dan sering berbagi, sekarang seolah ada dinding tebal yang membatasi.
Para pemimpin agama-agama itu mengajarkan permusuhan, siasat busuk dan
egoisme tanpa dasar. Masing-masing agama merasa telah mengklaim surga
atau nirwana-nya masing-masing.
Para ummat disuruh berperang
bermandi darah, berkorban dengan harta dan jiwanya, sementara Para
Pemimpin Agama berdiri mengangkang. Tersenyum dengan jubahnya, seolah
tanpa salah dan khilaf. Suci dan Wibawa!. Sandiwara apa ini?
Perilaku institusi dan pemimpin agama masing-masing sungguh sangat
menjijik-kan, mengajarkan sesuatu yang berbeda dari perilaku
masing-masing. Lihatlah pemimpin agama itu ramai-ramai ketangkap polisi
karena kasus korupsi, kenakalan kelamin, dan tindakan pidana lainnya.
Mereka bicara tentang akhlak, susila, sopan santun, paramitha, dlsb.
Tapi nyatanya, pertumpahan darah oleh alasan agama kian marak. Satu
agama adalah kekejaman bagi agama lainnya. Dan lebih nista lagi, para
agamawan lainnya, akan mengais-ngais proyek rekonsiliasi, toleransi dan
berpura-pura menjadi pahlawan perdamaian! Mereka disatu panggung besar,
mementaskan komedi kemanusiaan.
Para pemimpin agama sibuk
menumpuk kekayaan, hidup mewah, keliling dunia, atas nama agama dengan
fasilitas dana ummat yang diperasnya itu. Para pemimpin agama itu
rata-rata adalah pengangguran, mencari makan dengan mengindoktrinasi
kebenaran agama yang dibawahnya, dan hidup penuh kemewahan dari
mengatasnamakan Tuhan masing-masing!.
Para pemimpin agama di
indonesia bahagia nian, mengajarkan mimpi-mimpi kosong, yang rumit dan
berliku-liku. Aturan agama dibuatkan seolah bertingkat-tingkat dan penuh
mistis. Bahkan sebagian daripadanya dibumbui kedustaaan, khayalan dan
ambiguitas. Waktu-waktu produktif sering digunakan untuk mendengarkan
omongkosong, penuh ambisi dan logika yang jomplang.
Ada juga
keinginan sebenarnya, untuk masuk saja aliran kepercayaan, tapi
lagi-lagi terkendala, bahwa hampir kebanyakan aliran kepercayaan di
Indonesia dibesut oleh aroma kesukuan, egoisme kemuasalan, dan kelompok
iklan dan kesilsilahan tertentu pula. Cerita-ceritanya kian hari kian
klenik, ngelantur dan sulit diterima akal sehat!
Terkadang,
terbersit keinginan untuk jadi Atheis saja! Tapi celakanya, untuk jadi
atheis mereka harus mengunyah pelajaran teori – teori filsafat, teologi,
sejarah peradaban dan sosiologi yang membutuhkan energy, waktu dan
pemikiran yang tidak sedikit. Dan itu artinya, buang waktu percuma
juga..
Terhenyaklah, dipojok ruang tamu itu. Mau ber-agama
merasa tertekan, ikut aliran kepercayaan tidak tahan dupa-dupa, dan mau
atheis, harus berlelah lagi untuk berfikir. Waduuh.. di Indonesia,
memang hidup serba sulit… (hanya berbagi) .-salam-.
(sebuah posting di FACEBOOK hari ini) 1 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar