Sabtu, 05 Januari 2013

Agama apa yg paling baik?

Agama apa yg paling baik?

Seorang ahli dari kelompok "The Theology Of Freedom" dari Brazil bernama Leonardo Boff bertanya pd Dalai Lama pemimpin umat Buddha dari Tibet, "Yang Mulia, apakah agama terbaik?"
Leonardo Boff menduga bahwa Dalai Lama akan menjawab,
"Agama Buddha dari Tibet ato agama Oriental yg lebih tua dari agama Kristen." 
Ternyata sambil tersenyum, Dalai Lama menjawab,
"Agama terbaik adalah agama yg lebih mendekatkan anda pada TUHAN, yaitu agama yg membuat anda mjd org yg lebih baik."
Sambil menutupi rasa malu karna punya dugaan kurang baik tentang Dalai Lama,
Leonardo Boff bertanya lagi,
"Apakah tanda agama yg membuat kita mjd lbh baik?"
Jawaban Dalai Lama,
"Agama apapun yg bisa membuat anda
Lebih welas asih,
Lebih berpikiran sehat,
Lebih objektif & adil,
Lebih menyayangi,
Lebih manusiawi,
Lebih punya rasa tanggung jawab,
Lebih ber-etika.
Agama yg punya kualitas seperti di atas adalah agama terbaik."
Leonardo Boff terdiam sejenak & ter-kagum² atas jawaban Dalai Lama yg bijaksana & tdk dpt di bantah.
Selanjutnya, Dalai Lama berkata,
"Tidak penting bagiku kawan, Apa agamamu, Tidak peduli anda beragama ato tidak. 
Yg betul² penting bagi saya adalah perilaku anda di depan kawan² anda, di depan keluarga, lingkungan kerja & dunia."
Akhirnya, Dalai Lama berkata,
"Jagalah pikiranmu, Karena akan menjadi perkataanmu.
Jagalah perkataanmu, Karena akan menjadi perbuatanmu.
Jagalah perbuatanmu, Karena akan menjadi kebiasaanmu.
Jagalah kebiasaanmu, Karena akan membentuk karaktermu.
Jagalah karaktermu, Karna akan membentuk nasibmu,
Dan nasibmu.... Jadi nasib mu berawal dari pikiran mu... :)


(diambil dari posting teman di FACEBOOK - 6 Januari 2013) 

Selasa, 01 Januari 2013

."KORBAN AGAMA"...(???).

-(share)- .Dirumah seorang spritualis malam itu, kedatangan sekelompok orang dari etnis diluar nusantara. Mereka berlima, dan ketika di Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, masuk ke berbagai agama yang dianggap resmi di Indonesia.

Kelima orang ini, curhat kehadapan sang guru, bahwa mereka kecewa dengan agama yang mereka masuki. Setelah masuk agama yang terjadi mereka malah diperas atas nama agama, ada saja sumbangan yang harus dibayar, bahkan rumah Tuhan pun harus dibuatkan oleh manusia.. ( ini aneh-aneh saja, Rumah Tuhan dibangunkan manusia. Apa Tuhan memang tidak bisa membangun rumahnya sendiri?). Rumah-rumah ibadah dibuat mewah, diantara rakyat yang lapar, miskin dan papa.

Mereka yang dahulu kompak dan sering berbagi, sekarang seolah ada dinding tebal yang membatasi. Para pemimpin agama-agama itu mengajarkan permusuhan, siasat busuk dan egoisme tanpa dasar. Masing-masing agama merasa telah mengklaim surga atau nirwana-nya masing-masing.

Para ummat disuruh berperang bermandi darah, berkorban dengan harta dan jiwanya, sementara Para Pemimpin Agama berdiri mengangkang. Tersenyum dengan jubahnya, seolah tanpa salah dan khilaf. Suci dan Wibawa!. Sandiwara apa ini?

Perilaku institusi dan pemimpin agama masing-masing sungguh sangat menjijik-kan, mengajarkan sesuatu yang berbeda dari perilaku masing-masing. Lihatlah pemimpin agama itu ramai-ramai ketangkap polisi karena kasus korupsi, kenakalan kelamin, dan tindakan pidana lainnya. Mereka bicara tentang akhlak, susila, sopan santun, paramitha, dlsb.

Tapi nyatanya, pertumpahan darah oleh alasan agama kian marak. Satu agama adalah kekejaman bagi agama lainnya. Dan lebih nista lagi, para agamawan lainnya, akan mengais-ngais proyek rekonsiliasi, toleransi dan berpura-pura menjadi pahlawan perdamaian! Mereka disatu panggung besar, mementaskan komedi kemanusiaan.

Para pemimpin agama sibuk menumpuk kekayaan, hidup mewah, keliling dunia, atas nama agama dengan fasilitas dana ummat yang diperasnya itu. Para pemimpin agama itu rata-rata adalah pengangguran, mencari makan dengan mengindoktrinasi kebenaran agama yang dibawahnya, dan hidup penuh kemewahan dari mengatasnamakan Tuhan masing-masing!.

Para pemimpin agama di indonesia bahagia nian, mengajarkan mimpi-mimpi kosong, yang rumit dan berliku-liku. Aturan agama dibuatkan seolah bertingkat-tingkat dan penuh mistis. Bahkan sebagian daripadanya dibumbui kedustaaan, khayalan dan ambiguitas. Waktu-waktu produktif sering digunakan untuk mendengarkan omongkosong, penuh ambisi dan logika yang jomplang.

Ada juga keinginan sebenarnya, untuk masuk saja aliran kepercayaan, tapi lagi-lagi terkendala, bahwa hampir kebanyakan aliran kepercayaan di Indonesia dibesut oleh aroma kesukuan, egoisme kemuasalan, dan kelompok iklan dan kesilsilahan tertentu pula. Cerita-ceritanya kian hari kian klenik, ngelantur dan sulit diterima akal sehat!

Terkadang, terbersit keinginan untuk jadi Atheis saja! Tapi celakanya, untuk jadi atheis mereka harus mengunyah pelajaran teori – teori filsafat, teologi, sejarah peradaban dan sosiologi yang membutuhkan energy, waktu dan pemikiran yang tidak sedikit. Dan itu artinya, buang waktu percuma juga..

Terhenyaklah, dipojok ruang tamu itu. Mau ber-agama merasa tertekan, ikut aliran kepercayaan tidak tahan dupa-dupa, dan mau atheis, harus berlelah lagi untuk berfikir. Waduuh.. di Indonesia, memang hidup serba sulit… (hanya berbagi) .-salam-.


(sebuah posting di FACEBOOK hari ini) 1 Januari 2013